kehangatan matahari tidak terasa hari itu
Langit merintih-rintih meluapkan kesedihannya bersama
air hujan kala itu
daratan sudah tidak lagi sanggup untuk membendungnya.
sebuah rumah tua di tengah rintihan langit,
Seorang pria duduk di sebuah kursi rapuh
Dengan wajah pucat dan sangat muram
Tetesan air mata membasahi wajah yg sudah rentan itu.
Termenung . . .
Dia hanya menatap ranjang tempat istrinya terbaring
Dengan semua fikiran dan beban di hatinya
Dia hanya mengutuk kehidupan dan ketidakadilan takdir
Diamana keadilan yang mestinya dia dapatkan di hari
tuanya
Haruskah dia menanggung beban pedih ini ?
Keterpurukan membuatnya semakin bersedih
Mencoba mengingat semua kenangan indah yang masih
tersisa
Semakin dia mencoba mengingat semakin dia membenci
takdir yang telah terjadi
Tapi apa yang bisa pria itu lakukan ?
Apa gunanya mengutuk nasib yang tak bisa kau rubah.
Takdir dan nasib, apa yang bisa manusia lakukan ?
Bertahan ? mencari keadilan dengan usaha tiada tara ?
Membendung semua kesedihan yang ada hanya dengan
Membuat senyum manis palsu yang tergambar di wajah.
Walaupun tak berarti,
kita hanya bisa mencoba dan menerima semuanya
melawan nasib dengan bertahan melawan takdir itu
sendiri.
Bertahan untuk mencari jalan keluar dengan menikmati
apa yang tuhan berikan.
~Deo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar