Kamis, 17 Oktober 2013

Lukisan Indah Perasaan

Tidak ada angin yang bertiup malam ini
Hanya langit malam tanpa cahaya bulan
Dan Bintang pun tak ingin menampakan dirinya.
Aku hanya terduduk di salah satu meja di sudut café favoritku
Tidak seperti biasanya aku hanya sendirian kali ini
Dalam aliran waktu yang kian melambat dan semakin menekan
serta perasaan aneh dan canggung di fikiranku.
Aku mengingat dan mencoba mengkhayalkan semuanya
Saat dunia telah berubah
Dan saat dunia mencoba merubahku, aku masih tetap sama
Seperti ini, seperti dulu.
Memegang erat apa yang telah kulakukan, apa yang telah kujanjikan
Walau mengingatnya sulit saat dunia dan kenyataan membantah.
Tiap kali aku berharap bisa membencinya, berusaha membencinya
Wajah itu selalu muncul kembali dan membuatnya indah
Lukisan indah senyum yang digambarkan tuhan di wajahnya.
Aku bahkan mensyukuri kesialan yang sering menimpaku
Demi bisa merasakan sedetik bersamanya
Aku tak mengerti tentang perasaan seperti ini, haruskah aku terus seperti ini
Dengan tindakan yang bisa dikategorikan sebagai kebodohan.
Aku yang selalu siap untukmu, yang bersiap demi apapaun
Seseorang yang terus menatap dengan keinginan
Dan dengan semua hasrat serta kebodohannya.
Tapi ingatlah, aku akan selalu menatapmu
Memandangi dan menjagamu di balik tembok ini

Tembok besar yang akan terus membatasiku.


~Deo

Minggu, 13 Oktober 2013

Lukisan Senyum

Kaki-kaki mungil yang melangkah mendaki bukit yang cukup tinggi
Wajah yang bersemangat tanpa lelah
Dengan tangan yang terus berpegang erat
Saling menjaga dan memahami.
Suara tawa terdengar menyatu dengan angin
Dan Lukisan senyum yang terus terlukis di wajah mereka
Begitu polos.
Mereka terus tertawa menikmati keadaan,
Hanya ada mereka dan dunianya.
Kedua tubuh mungil itu telah berada di puncak bukit yang mereka daki
ditemani angin dan cahaya matahari di sore yang indah itu
mereka menerawang jauh ke daratan di sekitar mereka.
Perasaan gembira saat tau mereka hanya bagian kecil dari dunia
Tak ada rasa lelah saat mereka menghadapi dunia
Tak ada rasa putus asa saat mengahadapi dunia yang begitu keras dan kejam.
Mungkin mereka hanya dua anak kecil yang belum tau beratnya dunia
Tapi kepolosan mereka adalah cara terbaik melawan dunia yang keras
Sedih yang akan terusir oleh senyum,
Tangis yang akan terbuang oleh tawa.
Menuju  setingkat lebih tinggi hanya untuk bisa melihat kehidupan luar
Menatap indahnya anughrah tuhan,
Mensyukuri nikmatnya kebersamaan.



~Deo

Jumat, 11 Oktober 2013

Nasib Dan Takdir

kehangatan matahari tidak terasa hari itu
Langit merintih-rintih meluapkan kesedihannya bersama air hujan kala itu
daratan sudah tidak lagi sanggup untuk membendungnya.
sebuah rumah tua di tengah rintihan langit,
Seorang pria duduk di sebuah kursi rapuh
Dengan wajah pucat dan sangat muram
Tetesan air mata membasahi wajah yg sudah rentan itu.
Termenung . . .
Dia hanya menatap ranjang tempat istrinya terbaring
Dengan semua fikiran dan beban di hatinya
Dia hanya mengutuk kehidupan dan ketidakadilan takdir
Diamana keadilan yang mestinya dia dapatkan di hari tuanya
Haruskah dia menanggung beban pedih ini ?
Keterpurukan membuatnya semakin bersedih
Mencoba mengingat semua kenangan indah yang masih tersisa
Semakin dia mencoba mengingat semakin dia membenci takdir yang telah terjadi
Tapi apa yang bisa pria itu lakukan ?
Apa gunanya mengutuk nasib yang tak bisa kau rubah.
Takdir dan nasib, apa yang bisa manusia lakukan ?
Bertahan ? mencari keadilan dengan usaha tiada tara ?
Membendung semua kesedihan yang ada hanya dengan
Membuat senyum manis palsu yang tergambar di wajah.
Walaupun tak berarti,
kita hanya bisa mencoba dan menerima semuanya
melawan nasib dengan bertahan melawan takdir itu sendiri.
Bertahan untuk mencari jalan keluar dengan menikmati apa yang tuhan berikan.


~Deo